Jumat, 02 Maret 2012

Cara Membina

CARA MEMBINA PRAMUKA DENGAN SISTEM AMONG

I.       PENDAHULUAN
1.    Hubungan Pembina Pramuka dengan peserta didik merupakan hubungan khas, yaitu  setiap Pembina Pramuka wajib memper-hatikan perkembangan mitra didiknya secara pribadi agar perhatian  terhadap pembinaanya dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan kepramukaan.
Membina Pramuka merupakan kegiatan memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan:
a.    Kepribadian (kualitas nilai).
b.    Pengetahuan dan keterampilan.
c.    minat, keinginan, bakat serta kemampuan, peserta didik sehingga menjadi manusia yang: kreatif, inovatif, pelopor dan mandiri.

2.    Penyelenggaraan pendidikan dalam Gerakan Pramuka ditinjau dari hubungan antara Pembina dengan peserta didik menggunakan sistem among.

II.    MATERI POKOK
1.    Untuk dapat membina dengan baik maka seseorang harus mngenal, mengerti dan memahami dengan benar:
a.    Siapa yang dibinanya, yakni sifat-sifat dasarnya, dan latar belakang kehidupannya.
b.    Jumlah orang yang akan dibinanya. Catatan: Jumlah satu barung yang ideal = 6 orang; satu perindukan = 18 – 24 orang. Jumlah satu regu ideal = 6 – 8 anak. Jumlah satu pasukan = 24 – 32 anak. Jumlah satu sangga yang ideal = 4 – 8 orang. Jumlah satu ambalan = 12 – 32 orang. Satu Racana Pandega yang ideal paling banyak jumlahnya 30 orang.
c.    Membina peserta didik yang lebih muda usianya akan lebih memerlukan perhatian, kesabaran, ketekunan, dan contoh yang lebih nyata. Seorang Pembina  pramuka Siaga idealnya hanya bisa membina 6 sampai dengan 10 orang. Seorang Pembina Penggalang bisa membina 7 sampai 10 orang, tetapi apabila ia memang seorang Pembina yang andal maka ia bisa membina Penggalang maksimal 20 orang, sebagaimana yang dilakukan oleh baden Powell ketika pertama kali mengajak penggalangnya berkemah di Brownsea Island. Seorang Pembina Penegak dan Pandega dapat membina 8 sampai dengan 36 orang.   Namun demikian apabila berpedoman pada rasio jumlah kelompok peserta didik dengan Pembina pendamping dalam kegiatan atas dasar jumlah anggota Pramuka dalam barung, regu, sangga, dan rekanya, maka seorang Pembina Pramuka dapat membina 1 barung, satu regu, atau satu sangga saja, sedangkan pada anggota Pramuka Pandega seorang Pembina dapat membina satu Racana.
d.    Membina peserta didik harus didasarkan pada satuan terpisah, yakni Pembina putra hanya boleh membina anggota muda pramuka putra, Pembina putri hanya boleh membina anggota muda pramuka putri – kecuali Pembina Siaga putrid boleh membina anggota muda Siaga putra.
e.    Pembinaan harus menarik minat peserta didik. Di sini materi pembinaan dapat dibungkus dengan lagu, tari, gerak, permainan, perlombaan, ceritera, penugasan, diskusi, seminar, loka-karya, dan bakti yang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.
f.   
2.    Mengenal sifat dasar Pramuka Siaga
a.    Senang meniru
b.    Senang berdendang, menari dan bernyanyi
c.    Suka dipuji, mudah merajuk
d.    Senang menceriterakan dan mengadukan apa yang diketahui dan dialaminya.
e.    Rata-rata masih manja
f.    Suka berbekal
g.    Sangat senang bermain

3.    Cara menghadapi Pramuka Siaga.
a.    Dilakukan dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut.
b.    Membina Siaga adalah phase awal dalam pendidikan maka sifat-sifat Pembina Siaga yang  tidak tidak bisa dicontoh oleh anak usia Siaga harus tidak dimunculkan di permukaan. Misalnya Pembina merokok, suka membentak, berkata agak jorok, dsb.
c.    Materi pembinaan pramuka Siaga banyak dibungkus, sehingga menarik (misalnya menceriterakan sifat-sifat kepahlawanan yang perlu dicontoh oleh setiap orang dengan sosio drama).
d.    Sesuatu yang khayal, baik untuk mempuk imajinasi Siaga, tetapi jangan dilebih-lebihkan. Ceritera tentang fabel, farabel baik pula untuk Siaga. Dalam abad modern ini baik pula apabila menggunakan imajinasi tersebut dipadukan dengan teknologi.
e.    Permainan perang-perangan tidakcocok untuk kejiwaan Siaga.
f.    Siaga harus sudah diperkenalkan secara “nyata” bagaimana setiap hari berbuat kebaikan. Baik dalam latihan, maupun melalui pesan Pembina untuk melaksanakannya di rumah.
g.    Siaga diperkenalkan aturan-aturan keluarga, dan cara-cara yang baik tentang bagaimana mematuhi ayah ibundanya.
h.    Untuk melatih kreativitas Siaga (otak belahan kanan), maka akan sangat baik mereka ditugasi membuat lagu sederhana (jinggle), tarian, menulis pengalaman, atau mengarang, atau membuat yel-yel yang menyemarakkan kasih sayang.
i.    Kehidupan Siaga itu ada di Perindukan.
j.    Pembina lebih banyak “ing ngarso sung tulodo”.
k.   

4.    Sifat-sifat dasar Pramuka Penggalang.
a.    Sebagian sifat-sifat Siaga masih ada terbawa (variatif tergantung masing-masing anak).
b.    Senang bergerak, senang mengembara.
c.    Usil, lincah, senang mencoba-coba.
d.    Mulai menyukai atau ingin dekat dengan lawan jenis.
e.    Suka dengan sifat-sifat kepahlawanan.
f.    Suara sudah mulai pecah/ parau bagi penggalang putra.

5.    Cara membina pramuka Penggalang.
a.    Dapat menggunakan sebagian cara-cara dalam membina Siaga (sifatnya situasional).
b.    Kegiatan yang menantang, pengembaraan (hiking, climbing, camping, rowing, rafting, orientering) paling disukai penggalang. Namun demikian harus dipersiapkan dengan teliti faktor keamanannya, dan tidak boleh terlalu sering dilakukan.
c.    Kegiatan yang mengacu kedisiplinan sangat penting diberikan (misalnya berjenis-jenis PBB dan upacara).
d.    Rewards dan punishment mutlak harus dilakukan, dan ditegakkan.
e.    Kehidupan penggalang ada di Regu, oleh karena itu kekompakan, kreativitas, dan disiplin beregu harus dipelihara.
f.      Pembina penggalang tidak boleh seenaknya membuat acara latihan menurut keinginannya sendiri, tetapi harus tahu kebutuhan penggalang, dan bertanya kepada mereka latihan apa yang diinginkan (ask the boys), walaupun ketentuan ada di tangan Pembina, karena Pembina sangat tahu akan dibawa ke mana arahnya.
g.    Setiap kegiatan yang menarik tujuan akhirnya adalah pembentukan karakter, oleh karena itu Pembina tidak boleh melupakan hal tersebut, untuk senantiasa memberikan simpulan atau pembulatan materi latihan ke dalam nilai-nilai yang didasarkan atas penerapan satya dan darmanya.
h.    Pembina lebih banyak “ing madyo mangun karso” (di tengah-tengah membangkitkan kehendak & semangat belajar/ bekerja).

6.    Sifat-sifat dasar Pramuka Penegak.
a.    Mulai memasuki masa sosial (Kohnstamn).
b.    Anak Penegak mulai mencari identitas/ jati diri
c.    Stabilitas emosionalnya belum mantap (mudah terprofokasi, mudah berubah).
d.    Gemar pada kenyataan, menjunjung tinggi realitas.
e.    Sudah mengenal Cinta – agresif.
f.    Kemauan kuat, sulit dicegah, apabila tidak melewati kesadaran rasionalnya.
g.    Senang menyelesaikan persoalan dengan cepat, kadang-kadang melalui kekuatan fisik.

7.    Cara membina Pramuka Penegak.
a.    Perangkat struktur kepenegakan ditertibkan, bila belum ada dibentuk lebih dahulu. Dewan Ambalan, dibentuk dengan benar, tidak main tunjuk.
b.    Dimulai bertanggung-jawab atas keputusan musyawarah, dan menjalankan keputusan Dewan Ambalan.
c.    Keinginan Penegak yang kuat tidak dipatahkan, tetapi dijalurkan (on the track).
d.    Memberikan kondisi lingkungan yang baik.
e.    Pada tingkat Bantara, Penegak mulai dikondisikan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang baik, semampunya. 
f.    Pada tingkat Laksana, Penegak dikondisikan untuk  mengembangkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
g.    Penegak sudah mulai dikenalkan bagaimana “learning by doing”; “Learning to earn”; “Learning to serve”.
h.    Untuk mempertahankan satuan terpisah di perkemahan sebaiknya Pembina menyerahkan tanggung-jawab kepada Pradana dan Pemuka Sangga, namun harus tetap mengkontrolnya, dengan tetap member kepercayaan.
i.    Cara memberikan kritik dengan cara atau etika PIN, kepada Penegak  diupayakan hanya sampai PI saja, yakni sebutkan “Positif”-nya kelebihan-kelebihan atas program atau kegiatan yang telah dilakukan – kemudian di “Interpretasikan” secara detail program atau kegiatan tersebut secara rasional, biasanya Penegak sudah tahu kelemahannya. Namun biala Penegak terpaksa belum tahu kelemahannya baru dikemukakan “Negatif” nya.
j.    Contoh kegiatan pendidikan bagi Penegak dan Pandega yang paling lengkap adalah: Perkemahan Wirakarya.
k.    Pembina lebih banyak “tut wuri handayani”.

8.    Sifat dasar Pramuka Pandega.
a.    Sebagian besar sifat Penegak ada pada Pandega.
b.    Pandega lebih terkonsentrasi pada kelompok dyadic atau triadic (kelompok duaan, atau tigaan). Jarang sekali (hampir tidak pernah ada) mereka secara bersama-sama melakukan kegiatan kemana-mana dalam jumlah 5 orang sampai  10 orang secara bersama-sama. Oleh karena itu “Reka” itu dibentuk hanya bila mereka berada dalam minat yang sama, untuk menggarap suatu proyek, sifatnya insidentil. Jumlahnya bisa berapa saja sesuai dengan kebutuhan. Reka ini saat ini lebih banyak disebut dengan “sangga kerja” (PP 231 tahun 2007).
c.    Dalam berhubungan dengan lain jenis, Pandega tidak seagresif Penegak, tetapi  lebih terbuka dibandingkan dengan Penegak.
d.    Untuk mempertahankan satuan terpisah di perkemahan Pembina cukup menyerahkan tanggung-jawab kepada Pradana dan penyadaran umum dalam apel pagi, atau apel malam menjelang tidur. Biasanya mereka sudah saling mengkontrol, tapi sering terjadi kalau ada penyimpangan di antara mereka saling melindungi – pada norma atau nilai yang dianggap sebagai nilai baru.
e.   

9.    Cara membina Pramuka Pandega.
a.    Cara yang paling baik dalam membina Pandega adalah tidak bersifat menggurui, semua keputusan Racana baik yang menyangkut visi, misi, strategi, program kerja, rencana kerja, ataupun rencana kegiatan latihan dilaksanakan secara musyawarah, dan komitmen untuk patuh terhadap keputusan-keputusan yang telah ditetapkan sungguhpun tadinya ia tidak menyepakati.
b.    Pembina bertindak sebagai ”penghubung antar sistem”, artinya apabila ada materi-materi latihan yang diinginkan oleh Pandega yang tidak dikuasai oleh Pembinanya, maka Pembina mencari keluar (out sourcing), sungguhpun bisa saja meminta kepada anggota Pandega untuk mencarinya sendiri, sekaligus bertindak sebagai penghubung antar sistem
c.    Evaluasi kegiatan dapat dilakukan secara bersama-sama antara Pembina dan anggota Racana secara questioning.
d.    Apabila kegiatan di Racana sudah mapan maka Pembina lebih banyak bertindak sebagai motivator, mentor dan konsultan.
e.    Pembina 90% bertindak tut wuri handayani.


10.     Pramuka harus dibina sesuai dengan MINATnya untuk MENGABDI  dan BERKARYA melalui proses:
Learning by doing
Learning to earn
Earning to live
Living to serve
Learning by teaching

11.    Sistem Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa, dengan sejauh  mungkin menghidari unsur-unsur perintah keharusan, paksaan , dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri, kreativitas dan aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.

12.    Sistem Among  mewajibkan Pembina Pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut :
a.    "Ing ngarso sung tulodo", maksudnya di depan menjadi teladan.
b.    "Ing madya mangun korso", maksudnya di tengah-tengah mereka Pembina membangun kemauan.
c.    " Tut wuri handayani",  maksudnya dari belakang Pembina memberi daya/kekuatan atau dorongan dan pengaruh yang baik kearah kemandirian.

13.    Dalam  melaksanakan tugasnya Pembina Pramuka wajib bersikap dan berperilaku :
a.    Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, keprasahajaan/kesederhanaan, kesanggupan berkorban dan kesetiakawanan sosial.
b.    Disiplin disertai inisiatif.
c.    Bertanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggungjawab kepada Tuhan yang Maha Esa.

14.    Sistem Among dalam Gerakan Pramuka, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan pribadinya , bakatnya, kemampuannya, cita-citanya.  Pembina Pramuka sebagai Pamong hanyalah menjaga, membenarkan, meluruskan, medorong, memberi motivasi tempat berkonsultasi dan bertanya.  Peserta didik   harus diperlakukan dan dihargai sebagai subjek pendidikan, bukan hanya sebagai objek pendidikan belaka yang hanya bergiat kalau disuruh pembinanya tetapi mereka diberi kebebasan untuk bergerak dan bertindak dengan leluasa agar tumbuh rasa percaya diri, agar berkembang kreativitasnya sesuai dengan aspirasi mereka.

15.    Kegiatan kepramukaan dengan menggunakan sistem among dilaksanakan dalam bentuk kegiatan nyata dengan contoh - contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para peserta didik Pembina Pramuka harus mampu menjadi contoh/teladan peserta didiknya.

16.    Sistem Among harus digunakan secara terpadu, tidak terpisah-pisah satu dengan lainnya saling berkaitan oleh karena itu bagi semua golongan peserta didik ( S, G, T, D ) diberikan  keteladanan,  daya kreasi dan dorongan.

17.    Peserta didik dibina sesuai dengan minatnya untuk bekal mengabdi dan berkarya, melalui proses :
a.    " Learning by doing ", belajar sambil bekerja.
b.    " Learning by teaching, bekerja sambil mengajar.
c.   “learning to live together” belajar untuk bisa hidup bersama.
c.     " Learning to earn ", belajar mencari penghasilan.
d.    " Earning to live ", penghasilan untuk hidup.
e.    " Living to serve ", kehidupan untuk bekal mengabdi.
f.  “learning to be”, belajar untuk menjadi dirinya sendiri.

18.    Pelaksanaan Sistem Among oleh Pembina

           SIAGA    PENGGALANG    PENEGAK    PANDEGA


                                                                                                            Bim-
Bim-                                                                                                                   bingan
bingan                                                                                                                tak                                                                                                              
lang                                                                                                                    langsung
sung     I



III.    PENUTUP
Pelaksanaan Sistem Among dalam kepramukaan sebenarnya merupakan induk sistem dari metode kepramukaan yang perwujudannya akan terpadu dengan Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Kode Kehormatan Pramuka, Motto Kepramukaan dan Kiasan Dasar Kepramukaan.


KEPUSTAKAAN
1.    AD & ART Gerakan Pramuka..
2.    Joko Mursitho, 1989. Didaktik Metodik, STKIP Muhammadiyah Metro.
3.    Kwarnas Gerakan Pramuka, 2007. Lampiran Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Nomor 231 Tahun 2007, tentang  Petunjuk Penyelenggaraan Gugus Depan Gerakan Pramuka.
4.    Soeratman, Ki. Sistem Among Dalam Gerakan Pramuka.  Kwarnas Gerakan Pramuka. Jakarta, 1987.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar